TEORI RELATIVITAS EINSTEIN
Teori
Relativitas Einstein adalah teori yang sangat terkenal, tetapi sangat sedikit
yang kita pahami. Utamanya, teori relativitas ini merujuk pada dua elemen
berbeda yang bersatu ke dalam sebuah teori yang sama: relativitas umum dan
relativitas khusus. Theori relativtas khusus telah diperkenalkan dulu, dan
kemudian berdasar atas kasus-kasus yang lebih luas diperkenalkan teori
relativitas umum.
Teori
relativitas Albert Einstein adalah sebutan untuk kumpulan dua teori fisika:
"relativitas umum" dan "relativitas khusus". Kedua teori
ini diciptakan untuk menjelaskan bahwa gelombang elektromagnetik tidak sesuai
dengan teori gerakan Newton. Gelombang elektromagnetik dibuktikan bergerak pada
kecepatan yang konstan, tanpa dipengaruhi gerakan sang pengamat. Inti pemikiran
dari kedua teori ini adalah bahwa dua pengamat yang bergerak relatif terhadap
masing-masing akan mendapatkan waktu dan interval ruang yang berbeda untuk
kejadian yang sama, namun isi hukum fisika akan terlihat sama oleh keduanya.
Kerangka
acuan atau system koordinat adalah dimana seorang pengamat melakuka pengamatan
terhadap suatu kejadian. Kerangka acuan inersial adalah suatu kerangka acuan
yang berada dalam keadaan diam atau
bergerak terhadap kerangka acuan lainnya dengan kecepatan konstan pada garis
lurus. Bergerak dan diam adalah relatif hal ini bergantung pada acuan yang
digunkan . jadi segala sesuatu yang diukur tidak bersifat mutlak (absolut)
tetapi relative.
Apakah relativitas itu?
Relativitas
klasik (yang diperkenalkan pertama kali oleh Galileo Galilei dan didefinisikan
ulang oleh Sir Isaac Newton) mencakup transformasi sederhana diantara benda
yang bergerak dan seorang pengamat pada kerangka acuan lain yang diam
(inersia). Jika kamu berjalan di dalam sebuah kereta yang bergerak, dan
seseorang yang diam diatas tanah (di luar kereta) memperhatikanmu, kecepatanmu
relatif terhadap pengamat adalah total dari kecepatanmu bergerak relatif
terhadap kereta dengan kecepatan kereta relatif terhadap pengamat. Jika kamu
berada dalam kerangka acuan diam, dan kereta (dan seseorang yang duduk dalam
kereta) berada dalam kerangka acuan lain, maka pengamat adalah orang yang duduk
dalam kereta tersebut.
Permasalahan
dengan relativitas ini terjadi ketika diaplikasikan pada cahaya, pada
akhir 1800-an, untuk merambatkan gelombang melalui alam semesta terdapat
substansi yang dikenal dengan eter, yang mempunyai kerangka acuan(sama seperti
pada kereta pada contoh di atas). Eksperimen Michelson-Morley, bagaimanapun
juga telah gagal untuk mendeteksi gerak bumi relatif terhadap eter, dan tak ada
seorangpun yang bisa menjelaskan fenomena ini. Ada sesuatu yang salah dalam interpretasi
klasik dari relatifitas jika diaplikasikan pada cahaya…dan kemudian muncullah
pemahaman baru yang lebih matang setelah Einstein datang untuk menjelaskan
fenomena ini.
A. Relativitas
khusus
Tulisan
Einstein tahun 1905, "Tentang Elektrodinamika Benda Bergerak",
memperkenalkan teori relativitas khusus. Relativitas khusus menunjukkan bahwa
jika dua pengamat berada dalam kerangka acuan lembam dan bergerak dengan
kecepatan sama relatif terhadap pengamat lain, maka kedua pengamat tersebut
tidak dapat melakukan percobaan untuk menentukan apakah mereka bergerak atau
diam. Bayangkan ini seperti saat Anda berada di dalam sebuah kapal selam yang
bergerak dengan kecepatan tetap. Anda tidak akan dapat mengatakan apakah kapal
selam tengah bergerak atau diam. Teori relativitas khusus disandarkan pada
postulat bahwa kecepatan cahaya akan sama terhadap semua pengamat yang berada
dalam kerangka acuan lembam. Postulat lain yang mendasari teori relativitas
khusus adalah bahwa hukum fisika memiliki bentuk matematis yang sama dalam
kerangka acuan lembam manapun. Dalam teori relativitas umum, postulat ini
diperluas untuk mencakup tidak hanya kerangka acuan lembam, namun menjadi semua
kerangka acuan.
1.
Transformasi Galileo Galilei
Dalam konteks makrokosmos dan mikrokosmos, koordinat ruang
dan waktu ditentukan oleh koordinat ruang dan koordinat waktu. Jika P dan P’
adalah suatu titik materi dalam dimensi ruang dan waktu, maka P dan P’ akan
berada dalam koordinat yang sama persis, hanya dan hanya jika P adalah P’ itu
sendiri. Karena jika P adalah materi yang berbeda dengan P’, maka dalam waktu
yang sama akan selalu ada jarak antara P dengan P’ sedemikian hingga jarak P-P’
> 0 satuan jarak. Dengan demikian dalam titik original 0 seperti dalam
gambar 1 berikut, jika materi P mewakili titik original dan P’ juga mewakili
titik original yang sama dalam koordinat ruang dan waktu, hanya mungkin terjadi
jika dan hanya jika P adalah P’ itu sendiri.
gambar
1 : Konsep Titik dalam Dimensi Ruang dan Waktu
Dalam
konsep ini, titik materi P bisa memiliki jarak dengan P’ (materi yang sama
dengan P), jika dan hanya jika berada dalam waktu yang berbeda sedemikian
hingga waktu P-P’ ≠ 0. Materi P akan berada dalam ruang yang berbeda dalam
waktu yang berbeda jika bergerak. Untuk rentang waktu tertentu dalam dimensi
ruang, posisi koordinat P dan P’ bisa digambarkan seperti gambar 2 berikut.
Gambar
2 : Koordinat materi bergerak P dan O dalam waktu yang berbeda
Demikian
juga dengan titik materi O (x,y,z), hanya mungkin menempati ruang dan waktu
yang sama dengan titik materi O’(x’,y’,z’), jika dan hanya jika O adalah
O’ itu sendiri. Dalam konsep ini, materi O akan memiliki jarak dengan O’, jika
dan hanya jika berada dalam waktu yang berbeda sedemikian hingga waktu O-O’ ≠
0. Materi O akan berada dalam ruang yang berbeda dalam waktu yang berbeda jika
bergerak. Pada rentang waktu dalam dimensi ruang, posisi koordinat O dan O’
juga bisa digambarkan seperti gambar 2 di atas.
Jika
koordinat ruang diwakili oleh koordinat x, y dan z, maka titik temu dalam koordinat ruang dan
waktu selain harus memiliki nilai x, y dan z yang sama, juga harus berada dalam
waktu yang sama. Begitu juga dengan titik mula kejadian dalam ruang dan waktu,
hanya akan valid jika dan hanya jika dimulai dari koordinat ruang yang sama dan
dalam waktu yang sama. Dengan kata lain, titik temu dan titik mula kejadian
adalah suatu titik dalam koordinat ruang waktu sedemikian hingga nilai x, y, z
dan t bernilai sama bagi pengamat atau objek tertentu.
Sesuai
dengan konsep koordinat ruang dan waktu diatas, jika kita ingin menggambarkan
keadaan dua pengamat sebagai acuan dalam waktu yang sama, tentu harus ada dua
pengamat yang berbeda, misalnya P1 dan P2 seperti dalam
gambar 3 berikut :
Gambar
3 : Pengamat P1 dan P2 sedang mengamati objek O
Pengamat
P1 diam atau relatife diam, pengamat P2 relatif bergerak
dan Objek O relative bergerak. Marilah kita memotret koordinat ruang kejadian
tersebut dalam suatu rentang waktu. Dalam rentang waktu yang lebih besar dari
epsilon (ε) waktu, posisi P1 adalah
tetap dalam tempatnya, sementara posisi P2 dan O berada dalam ujung
panah merah dalam dimensi ruang.
Berdasarkan
tulisan sebelumnya (Redefinisi Relativitas : Kaitan Konsep Kesinkronan
dan Ketidaksinkronan Waktu , Konsep Ruang Inersia, Konsep Kecepatan Inersia dan
Relative), waktu inersia, ruang inersia dan kecepatan inersia adalah bernilai
sama bagi semua pengamat, baik yang diam maupun yang bergerak. Dengan demikian,
rentang waktu pemotretan kejadian inersia O adalah sama bagi P1 dan
P2. Jika posisi O menurut P1 dalam koordinat x, y dan z
memenuhi fungsi :
xo
= f(t), dan kecepatan inersia O dalam sumbu x adalah vox=df(t)/dt
yo
=g(t), dan kecepatan inersia O dalam sumbu y adalah voy=dg(t)/dt
zo=h(t),
dan kecepatan inersia O dalam sumbu z adalah voz=dh(t)/dt
Dan
posisi P2 menurut P1 dalam koordinat x, y dan z memenuhi
fungsi :
x2=h(t),
dan kecepatan inersia P2 dalam sumbu x adalah v2x=dh(t)/dt
y2=i(t),
dan kecepatan inersia P2 dalam sumbu x adalah v2y=di(t)/dt
z2=j(t),
dan kecepatan inersia P2 dalam sumbu x adalah v2z=dj(t)/dt
Ruang
inersia menurut P2 adalah sama menurut P1, dengan
demikian koordinat ruang inersia O menurut P1 dan P2
adalah juga sama. Dalam
setiap waktu t dalam rentang waktu tersebut, posisi O menurut P2
adalah :
x’o
= f(t) – h(t)
y’o=
g(t) – i(t)
z’o
= h(t)- j(t)
Karena
waktu inersia sama bagi semua pengamat, maka kecepatan O menurut P2
bisa dituliskan menjadi:
Vox’
= dx’o/dt = df(t)/dt – dh(t)/dt = vox-v2x
Voy’
= dy’o/dt = df(t)/dt – dh(t)/dt = voy-v2y
Voz’
= dz’o/dt = df(t)/dt – dh(t)/dt = voz-v2z
Dengan
demikian transformasi Galileo adalah transformasi ruang dan waktu inersia,
berlaku sama untuk semua kecepatan pengamat dan untuk semua kecepatan objek.
Kecepatan relative inersia benda menurut pengamat yang satu dengan yang lainnya
juga memenuhi transformasi Galileo, untuk semua kecepatan pengamat dan objek.
a)
Teori Klasik
Isinya yaitu:
·
Kecepatan cahaya seharusnya tidak sama dalam setiap kerangka
acuan inersia.
·
Gelombang elektromagnetik berupa cahaya merambat melalui
suatu medium yang dinamakan “eter”. Dimana eter merupakan medium hipotesis yang
tidak berwujud dimana Galileo hanya membayangkan sebuah eter.
b) Untuk koordinat dn waktu
X2
= X – VT
Y2
= Y
Z2
= Z
T = T
c)
Transformasi
Galileo untuk kecepatan
X’
= X – VT
U’
= U – VT
y.s
s’ y’
x
x’
|
o o’ p x’=x
o’p
= op – oo’
op
= x
o’p
= x’
oo’
= ot
x’
= x-vt
y’
= y
z’
= z
t’
= t
2.
Tranformasi Lorentz
Cahaya
merambat dengan kecepatan tertentu, dalam ruang hampa sebesar c. Bagaimanapun
cepatnya, untuk mencapai jarak tertentu cahaya memerlukan waktu tertentu juga.
Jika jarak OP ≠ OP’, maka cahaya dari O tidak akan sampai dalam waktu yang sama
di titik P dan P’. Jika jarak OP > OP’ seperti yang digambarkan dalam gambar
4 berikut, dan jika waktu tiba cahaya di P’ adalah t1 dan waktu tiba
cahaya di P adalah t2, maka bisa disimpulkan bahwa t2
> t1.
Gambar
4 : Sebaran Cahaya Memerlukan Waktu Perambatan
Karenanya
jika ada materi yang bergerak dari koordinat P ke P’, pada saat cahaya merambat
dari O ke P atau P’, kita akan selalu bisa menemukan bahwa materi tersebut
sudah bergerak lebih lama dari ε waktu. Karenanya materi tersebut
akan memiliki jarak dengan koordinat P. Konsekuensinya, materi tersebut akan
sampai pada suatu titik dimana jarak materi tersebut ke P saat t1
akan lebih dekat dibanding jarak materi tersebut ke P saat t2.
Begitu
juga dengan benda yang bergerak dari koordinat O. Ketika cahaya tiba di P’
dalam waktu t1, benda tersebut sudah bergerak dalam waktu yang lebih
lama dari ε waktu. Karenanya benda tersebut
akan memiliki jarak dengan koordinat O. Dan saat cahaya sampai di P dalam waktu
t2, benda tersebut akan berada dalam jarak yang lebih jauh dari O.
Sekarang
kita analisa transformasi Lorentz menggunakan arah sebaran cahaya dalam
salah satu sumbu ruang, misalnya sumbu x, seperti dalam gambar 5 berikut.
Posisi O menurut pengamat P yang diam adalah x dan posisi O menurut pengamat P’
yang bergerak adalah x’.
Gambar
5 : Transformasi Lorentz
Seperti disarankan dalam RSTR, dalam
pembahasan gerak relative, kita harus memperhatikan fakta bahwa cahaya menyebar
dari objek menuju pengamat. Dengan memperhatikan arah sebaran cahaya dari objek
menuju pengamat, sesuai dengan gambar 5, kita bisa melihat bahwa dalam
transformasi Lorentz yang selama ini dikenal, terdapat kesalahan fundamental
dalam hal pengabaian arah sebaran cahaya. Pengabaian ini membuat titik
temu P’, yang bergerak, dianggab sebagai titik temu dari kejadian Vp.t
dan c.t’, meskipun kedua kejadian tersebut berada dalam waktu yang
berbeda.
Sesuai
dengan prinsip dilatasi waktu, untuk pengamat dan objek yang bergerak, jika
t dan t’ dimulai dari waktu 0 yang sama, maka t ≠ t’. Konsekuensinya, titik temu
P’ akan menyalahi konsep titik temu koordinat ruang dan waktu seperti
dipaparkan dalam pembahasan dibagian awal tulisan ini. Untuk mengatasi
ini, Lorentz memperkenalkan variable k sebagai penyama persamaan,
sedemikian hingga bisa dituliskan persamaan berikut :
c.t’
= k(c.t – vp.t) ………………(1)
Tetapi
walau bagaimanapun hal ini tidak akan menghasilkan kesimpulan yang valid,
karena titik P’ yang bergerak tidak bisa disebut sebagai titik temu dalam
dimensi ruang dan waktu untuk dua kejadian Vp.t dan c.t’ karena t ≠
t’.
P’
hanya akan merupakan titik temu dari dua kejadian dalam waktu yang berbeda,
jika dan hanya jika P’ diam. Selain itu sesuai dengan konsep titik materi dalam
koordinat ruang dan waktu, jika P’ adalah pengamat yang semula dalam satu
koordinat dengan P, tentu P adalah P’ itu sendiri. Konsekuensinya ketika P’
berada dalam koordinat ruang yang berbeda dengan P, maka tentu P’ berada dalam
waktu yang berbeda dengan P. Karenanya penggambaran O dan O’ dalam transformasi
Lorentz dalam rentang waktu yang sama dengan P dan P’, hanya akan berada dalam
koordinat ruang yang sama jika dan hanya jika O adalah diam. Dalam
kondisi ini, transformasi Lorentz akan menjadi seperti digambarkan dalam gambar
6 berikut.
Gambar
6 : Transformasi Lorenz valid untuk kondisi P dan O diam.
Dalam
kondisi P dan O diam atau relative diam, sesuai dengan gambar 6, maka persamaan
(1) konsep dasar transformasi Lorentz akan menjadi :
c.t’
= k(c.t) ………….(2)
Dan k akan bernilai 1, sehingga
persamaan (2) akan menjadi :
t’
= t
……………..(3)
Dengan
demikian menurut RSTR, bisa disimpulkan bahwa penurunan transformasi Lorentz
hanya valid untuk kondisi pengamat dan objek yang diam.
Dalam
penggambaran penurunan transformasi Lorentz, seperti dalam gambar 5, jika
posisi P dalam waktu yang berbeda berada dalam koordinat yang berbeda (P’),
maka untuk objek O yang bergerak maka O’ harus berada dalam koordinat ruang
yang berbeda juga. Hal ini bisa digambarkan seperti dalam gambar 7 berikut.
Gambar
7 : Koreksi transformasi Lorentz jika objek bergerak.
Vp
adalah kecepatan inersia P, Vo adalah kecepatan inersia O, t adalah
waktu inersia yang berlaku sama bagi P dan O, dan t’ adalah waktu pengamatan.
Dengan demikian untuk gerak dalam sumbu tersebut, akan didapatkan persamaan :
Vp.t’+c.t’
= c.t+vo.t ………………..(4)
Sebagai
pengganti persamaan (1) yang merupakan dasar penurunan transformasi Lorentz
untuk sumbu yang sama. Dengan cara ini, transformasi Lorentz yang semula
mengabaikan arah gerak sebaran cahaya dari objek kepada pengamat, bisa
direvisi.
B. Relativitas
umum
Relativitas
umum diterbitkan oleh Einstein pada 1916 (disampaikan sebagai satu seri
pengajaran di hadapan "Prussian Academy of Science" 25 November
1915). Akan tetapi, seorang matematikawan Jerman David Hilbert menulis dan
menyebarluaskan persamaan sejenis sebelum Einstein. Ini tidak menyebabkan
tuduhan pemalsuan oleh Einstein, tetapi kemungkinan mereka merupakan para
pencipta relativitas umum. Teori relativitas umum menggantikan hukum gravitasi
Newton. Teori ini menggunakan matematika geometri diferensial dan tensor untuk
menjelaskan gravitasi. Teori ini memiliki bentuk yang sama bagi seluruh
pengamat, baik bagi pengamat yang bergerak dalam kerangka acuan lembam ataupun
bagi pengamat yang bergerak dalam kerangka acuan yang dipercepat. Dalam
relativitas umum, gravitasi bukan lagi sebuah gaya (seperti dalam Hukum
gravitasi Newton) tetapi merupakan konsekuensi dari kelengkungan (curvature)
ruang-waktu.
Relativitas
umum menunjukkan bahwa kelengkungan ruang-waktu ini terjadi akibat kehadiran
massa.
bergerak
dalam diam adalah relatif , hal ini bergantung dari acuan yang digunakan . jadi
segala sesuatu yang diukur tidak bersifat mutlak (absolut) tetapi relatif.
Komentar