PASANG SURUT
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Pengetahuan
tentang pasang surut sangat diperlukan dalam transportasi laut, kegiatan di
pelabuhan, pembangunan di daerah pesisir pantai, dan lain-lain. Mengingat
pentingnya pengetahuan tentang pasang surut terutama bagi yang yang mempelajari
mengenai Perencanaan Pelabuhan. Maka demi memahami ilmu Perencanaan Pelabuhan,
Penulis menyusun makalah yang berjudul Pasang
Surut Air Laut ini.
Pasang surut laut merupakan suatu
fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang
diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari
benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda
angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih
kecil. Faktor non astronomi yang mempengaruhi pasut terutama di perairan semi
tertutup seperti teluk adalah bentuk garis pantai dan topografi dasar perairan.
Data elevasi muka air tertinggi
(pasang) dan terendah (surut) sangat penting untuk merencanakan bangunan-bangunan
pelabuhan. Sebagai contoh, elevasi puncak bangunan pemecah gelombang, dermaga,
dan sebagainya. Ditentukan oleh elevasi muka air pasang, sementara kedalaman
alur pelayaran/pelabuhan ditentukan oleh muka air surut.
B. RUMUSAN
MASALAH
Rumusan masalah
dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1.
Memahami Pengertian Dasar
Terjadinya Pasang Surut Air Laut
2.
2 Jenis Pasang Surut
Berdasarkan Posisi Matahari, Bulan, dan Bumi (Pasang Purnama & Pasang
Perbani)
3.
4 Tipe Pasang Surut
Berdasarkan Frekuensi Terjadinya Pasang & Surut Dalam Periode Tertentu, yaitu
Pasang Surut
Harian Tunggal (diurnal tide), Harian Ganda (semidiurnal tide) dan Dua Jenis Campuran.
4.
Korelasi Pengetahuan
Pasang Surut Air Laut dengan Perencanaan Pelabuhan.
C. TUJUAN
DAN MANFAAT
Berikut beberapa Tujuan &
Manfaat yang diharapkan Penulis dari disusunya Makalah ini :
1. Memahami
Pengertian Dasar Terjadinya Pasang Surut Air Laut
2. 2
Jenis Pasang Surut Berdasarkan Posisi Matahari, Bulan, dan Bumi (Pasang Purnama
& Pasang Perbani)
3. 4
Tipe Pasang Surut Berdasarkan Frekuensi Terjadinya Pasang & Surut Dalam
Periode Tertentu, yaitu Pasang Surut Harian Tunggal (diurnal tide), Harian Ganda
(semidiurnal tide) dan Dua Jenis Campuran.
4. Korelasi
Pengetahuan Pasang Surut Air Laut dengan Perencanaan Pelabuhan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pasang Surut
Menurut Pariwono (1989), fenomena
pasang surut diartikan sebagai naik turunnya muka laut secara
berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa terutama matahari dan
bulan terhadap massa air di bumi. Sedangkan menurut Dronkers (1964) pasang
surut laut
merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara
berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik
dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh
benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya
lebih kecil.
Pasang
surut yang terjadi di bumi ada tiga jenis yaitu: pasang surut atmosfer
(atmospheric tide), pasang surut laut (oceanic tide) dan pasang surut
bumi padat (tide of the solid earth). Pasang surut laut
merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek
sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi.
Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding
terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari,
gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari
dalam membangkitkan pasang surut laut
karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi.
Gaya tarik gravitasi menarik air laut
ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang
surut gravitasional di laut.
Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara
sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari.
Gambar 2.1. Pengaruh
posisi Bulan dan Matahari terhadap pasang surut di Bumi. Keterangan Gambar : Posisi Bumi, Bulan dan Matahari yang berbeda
menyebabkan perbedaan ketinggian pasang surut pada saat posisi konfigurasi
tertentu. Sumber: Duxbury et al. (2002).
Gambar 2.2. Distribusi
gaya penyebab terjadinya fenomena pasang surut.
Keterangan Gambar : Pada
separuh bagian Bumi yang menghadap ke arah Bulan terbentuk gaya yang mengarah
ke Bulan karena gaya gravitasi Bulan.Sebaliknya, pada arah yang berlawanan terbentuk
gaya yang berlawanan arah karena gaya sentrifugal. Sumber: Duxbury et al.
(2002).
B. Tipe Pasang Surut
Bentuk pasang surut di
berbagai daerah tidak sama. Disuatu daerah pada dalam satu hari dapat terjadi
satu kali atau dua kali pasang surut. Menurut Wyrtki (1961), pasang surut di Indonesia dibagi
menjadi 4 yaitu :
1. Pasang
surut harian ganda (semi diurnal tide).
Dalam sehari terjadi dua kali pasang dan dua kali
surut secara berurutan. Periode pasang surut rata-rata 12 jam 24 menit. Pasang
surut jenis ini terdapat di selat malaka sampai laut andaman.
2. Pasang
surut harian tunggal (diurnal tide).
Dalam satu hari terjadi satu kali pasang dan satu kali
surut. Periode pasang surut adalah 24 jam 50 menit. Pasang surut tipe ini
terjadi di perairan selat karimata.
3. Pasang
surut campuran condong keharian ganda.(mixed
tide prevailing semidiurnal).
Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua
kali air surut, tetapi tinggi periodenya berbeda. Pasang surut jenis ini banyak
terdapat perairan indonesia timur.
4. Pasang
surut campuran condong ke harian tunggal (mixed
tide prevailing diurnal).
Pada tipe ini dalam satu hari terjadi satu kali air
pasang dan satu kali air surut, tetapi kadang –kadang untuk sementara waktu
terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dengan tinggi dan periode yang
sangat berbeda. Pasang surut jenis in biasa terdapat di daerah selat kalimantan
dan pantai utara jawa barat.
C. Pasang
Surut Purnama Dan Perbani
·
Pasang purnama (spring tide)
terjadi ketika bumi, bulan dan matahari berada dalam suatu garis lurus. Pada
saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang sangat tinggi dan pasang rendah
yang sangat rendah. Pasang surut purnama ini terjadi pada saat bulan baru dan
bulan purnama.
·
Pasang perbani (neap tide)
terjadi ketika bumi, bulan dan matahari membentuk sudut tegak lurus. Pada saat
itu akan dihasilkan pasang tinggi yang rendah dan pasang rendah yang tinggi.
Pasang surut perbani ini terjadi pasa saat bulan 1/4 dan
¾ revolusi bulan terhadap bumi.
.
Gambar
2.3. Posisi Bumi, Bulan dan Matahari Saat
Terjadi Pasang Purnama (Spring Tide) dan Pasang Perbani (Neap Tide).
D. Beberapa Istilah Elevasi Muka Air
1.
Muka air tinggi (high water level), muka air tertinggi yang dicapai pada saat
pasang dalam satu siklus pasang surut.
2.
Muka air rendah (low water level), kedudukan air terendah yang dicapai pada
saat surut dalam satu siklus pasangan waktu.
3.
Muka air tinggi merata (mean high water
level, MHWL), adalah rerata dari
muk air tinggi selama periode 19 tahun.
4.
Muka air rerata rendah (mean low water
level, MLWL) adalah rerata muka
air rendah selama 19 tahun.
5.
Muka air laut rerata (mean sea level, MSL)
adalah muka air rerata
antara muka air rerata antara muka air tinggi rerata dan muka air rendah
rerata. Elevasi ini digunakan sebagai referensi untuk elevasi dataran.
6.
Muka air tinggi (highest high water level,
HHWL) adalah air
tertinggi pada saat pasang surut bulan purnama atau bulan mati.
7.
Air rendah terendah (lowest low water
level, LLWL) adalah air
terendah pada saat pasang surut purnama atau bulan mati.
8.
Higher high water level, adalah air tertinggi dari dua air tinggi
dalam satu hari, seperti dalam pasang surut tipe campuran.
9.
Lower low water level, adalah air terendah dari dua air rendah
dalam satu hari.
Beberapa definisi
muka air tersebut banyak digunakan dalam perencanaan bangunan–bangunan
pelabuhan, misal MHWL digunakan untuk menetukan elevasi puncak pemecahan
gelombang (break water), dermaga, panjang pantai pelampung penambat, dan sebagainya.
Sedangkan LLWL diperlukan untuk menentukan kedalaman alur pelayaran dan kolam
pelabuhan.
E. Alat-alat Pengukuran Pasang Surut
Berikut
adalah beberapa alat pengukuran pasang surut :
1. Tide Staff.
Alat
ini berupa papan yang telah diberi skala dalam meter atau centi meter.
Biasanya digunakan pada pengukuran pasang surut di lapangan.Tide Staff (papan
Pasut) merupakan alat pengukur pasut paling sederhana yang umumnya digunakan
untuk mengamati ketinggian muka laut atau tinggi gelombang air laut.
Bahan yang digunakan biasanya terbuat dari kayu, alumunium atau bahan lain yang
di cat anti karat.
Syarat pemasangan
papan pasut adalah :
a.
Saat pasang tertinggi tidak
terendam air dan pada surut terendah masih tergenang oleh air.
b.
Jangan dipasang pada gelombang
pecah karena akan bias atau pada daerah aliran sungai (aliran debit air).
c.
Jangan dipasang didaerah dekat
kapal bersandar atau aktivitas yang menyebabkan air bergerak secara tidak
teratur.
d.
Dipasang pada daerah yang
terlindung dan pada tempat yang mudah untuk diamati dan dipasang tegak lurus.
e.
Cari tempat yang mudah untuk
pemasangan misalnya dermaga sehingga papan mudah dikaitkan
f.
Dekat dengan bench mark atau
titik referensi lain yang ada sehingga data pasang surut mudah untuk diikatkan
terhadap titik referensi.
g.
Tanah dan dasar laut atau
sungai tempat didirikannya papan harus stabil.
h.
Tempat didirikannya papan harus
dibuat pengaman dari arus dan sampah
2.
Tide gauge.
Merupakan
perangkat untuk mengukur perubahan muka laut secara mekanik dan otomatis. Alat ini
memiliki sensor yang dapat mengukur ketinggian permukaan air laut yang
kemudian direkam ke dalam komputer. Tide gauge terdiri dari
dua jenis yaitu :
v
Floating tide gauge (self registering)
Prinsip
kerja alat ini berdasarkan naik turunnya permukaan air laut yang
dapat diketahui melalui pelampung yang dihubungkan dengan alat pencatat (recording
unit). Pengamatan pasut dengan alat ini banyak dilakukan, namun yang
lebih banyak dipakai adalah dengan cara rambu pasut.
v
Pressure tide gauge (self registering)
Prinsip
kerja pressure tide gauge hampir sama dengan floating tide gauge, namun
perubahan naik-turunnya air laut direkam melalui perubahan tekanan pada
dasar laut
yang dihubungkan dengan alat pencatat (recording unit). Alat ini
dipasang sedemikian rupa sehingga selalu berada di bawah permukaan air laut
tersurut, namun alat ini jarang sekali dipakai untuk pengamatan pasang surut.
3.
Satelit.
Sistem satelit altimetri berkembang sejak tahun 1975 saat diluncurkannya sistem satelit Geos-3. Pada saat ini secara umum sistem satelit altimetri mempunyai tiga objektif ilmiah jangka panjang yaitu mengamati sirkulasi lautan global, memantau volume dari lempengan es kutub, dan mengamati perubahan muka laut rata-rata (MSL) global. Prinsip Dasar Satelit Altimetri adalah satelit altimetri dilengkapi dengan pemancar pulsa radar (transmiter), penerima pulsa radar yang sensitif (receiver), serta jam berakurasi tinggi. Pada sistem ini, altimeter radar yang dibawa oleh satelit memancarkan pulsa-pulsa gelombang elektromagnetik (radar) kepermukaan laut. Pulsa-pulsa tersebut dipantulkan balik oleh permukaan laut dan diterima kembali oleh satelit.
Sistem satelit altimetri berkembang sejak tahun 1975 saat diluncurkannya sistem satelit Geos-3. Pada saat ini secara umum sistem satelit altimetri mempunyai tiga objektif ilmiah jangka panjang yaitu mengamati sirkulasi lautan global, memantau volume dari lempengan es kutub, dan mengamati perubahan muka laut rata-rata (MSL) global. Prinsip Dasar Satelit Altimetri adalah satelit altimetri dilengkapi dengan pemancar pulsa radar (transmiter), penerima pulsa radar yang sensitif (receiver), serta jam berakurasi tinggi. Pada sistem ini, altimeter radar yang dibawa oleh satelit memancarkan pulsa-pulsa gelombang elektromagnetik (radar) kepermukaan laut. Pulsa-pulsa tersebut dipantulkan balik oleh permukaan laut dan diterima kembali oleh satelit.
Prinsip
penentuan perubahan kedudukan muka laut dengan teknik altimetri yaitu pada dasarnya
satelit altimetri bertugas mengukur jarak
vertikal dari satelit ke permukaan laut. Karena
tinggi satelit di atas permukaan ellipsoid referensi
diketahui maka tinggi muka laut (Sea Surface Height atau SSH) saat pengukuran
dapat ditentukan sebagai selisih antara tinggi satelit dengan jarak vertikal. Variasi
muka laut
periode pendek harus dihilangkan sehingga fenomena kenaikan muka laut dapat
terlihat melalui analisis deret waktu (time series analysis).
Analisis deret waktu dilakukan karena kita akan melihat variasi temporal
periode panjang dan fenomena sekularnya.
F.
Korelasi Pasang Surut Air Laut dengan Perencanaan Pelabuhan.
1.
Perencanaan Dermaga.
Suatu bangunan pelabuhan yang digunakan untuk merapat dan
menambatkan kapal yang melakukan bongkar muat barang dan menaik turunkan
penumpang. Dasar pertimbangan dalam perencanaan
dermaga yaitu salah satunya adalah Elevasi dermaga
ditentukan dengan memperhatikan kondisi elevasi muka air pasang.
Gambar 2.4. Dermaga
Tepi dan Dermaga Tengah Tetap
2. Perencanaan Alur Pelayaran.
Alur Pelayaran berfungsi
untuk mengarahkan kapal yang akan masuk ke kolam pelabuhan. Alur pelayaran dan
kolam pelabuhan harus cukup tenang terhadap pengaruh gelombang dan arus. Kedalaman alur pelayaran ditentukan oleh muka air surut.
3. Perencanaan Kolam
pelabuhan.
Kapal dapat berlabuh
untuk melakukan kegiatan bongkar muat barang, pengisian ulang bahan bakar dan
air bersih. Parameter yang digunakan dalam penentuan perencanaan kolam
pelabuhan
adalah elevasi muka
air laut rencana berdasarkan muka air surut. Gambar
2.5. Kedalam Kolam Pelabuhan
4. Perencanaan Pemecah Gelombang (Break Water).
Pemecah gelombang adalah salah satu bangunan pantai yang
berfungsi memecah energi gelombang dengan maksud untuk melindungi pantai, kolam
pelabuhan, dan fasilitas pelabuhan lain dari gangguan gelombang yang dapat
mempengaruhi keamanan dan kelancaran aktivitas di pelabuhan.
Dimensi tinggi dan tebal Pemecah Gelombang / Break Water ditentukan
oleh elevasi muka air pasang
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pasang laut adalah naik atau turunnya posisi permukaan perairan atau samudera yang
disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi bulan dan matahari.
Pasang laut menyebabkan perubahan kedalaman perairan.
2. Menurut
Wyrtki (1961) di Indonesia terdapat
4 tipe pasang berdasarkan banyaknya terjadi pasang dan
surut dalam suatu periode tertentu (semi diurnal tide, diurnal tide
, mixed tide prevailing semidiurnal, dan mixed tide prevailing diurnal).
3. Pasang dan Surut air laut ekstrim terjadi pada saat bulan
baru dan bulan purnama (Pasang Purnama), sebaliknya Pasang terendah dan Surut
tertinggi terjadi pada saat saat bulan 1/4 dan ¾ revolusi
bualan terhadap bumi (Pasang Perbani).
3. Pengetahuan mengenai Pasang Surut Air Laut (mengenai
pengertian, fungsi, proses, serta perhitungan elevasi muka air pasang/surut)
berguna dalam perencanaan fasilitas pelabuhan seperti :
v Dermaga
v Alur pelayaran
v Kolam pelabuhan
v Pemecah gelombang/Break Water
B.
Saran
Dengan penyusunan Makalah Pasang
Surut Air Laut ini, penulis belajar cukup banyak mengenai teori dasar dari
pasang surut air laut, tetapi menurut pendapat penulis, dibutuhkan bimbingan
dari dosen mata kuliah Perencanaan Pelabuhan untuk memahami lebih lanjut mengenai topik makalah
ini, terutama untuk rumus-rumus dan teori-teori spesifik yang dapat membantu
memahami lebih dalam tentang Pasang Surut Air Laut.
Daftar pustaka
Bambang
triatmodjo, 2003 ,pelabuhan,beta
offset,yogyakarta.
id.wikipedia.org/wiki/Pasang_laut
surbakti77.files.wordpress.com/2007/09/pasang-surut.pdf
majarimagazine.com/2008/01/energi-laut-2-pasang-surut
Komentar